
Berbagi Pengetahuan MADANI dalam peningkatan GESI dalam kebijakan lembaga, budaya sensitif GESI, advokasi, dan membangun kepemimpinan perempuan bagi organisasi masyarakat sipil, 28 November 2023.
Acara ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu Raden Ayu Hermawati Sasongko dari LBH APIK Semarang, Ratu Viva dari PPSW Pasoendan di Lebak, dan Nurlaela Fatimah Wahid dari Aisyiyah Sumedang. Diskusi membahas secara mendalam upaya dan pengalaman OMS dalam membangun kesadaran gender dan integrasi dalam organisasi mereka serta meningkatkan partisipasi perempuan dan kelompok terpinggirkan.
Raden Rara Ayu Hermawati Sasongko merupakan fasilitator lokal untuk Jawa Tengah dalam Program Kepemimpinan Wanita MADANI pada tahun 2022. Dia menjelaskan pendekatan yang diambilnya untuk melaksanakan GESI lintas sektoral bagi enam mitra OMS lokal di provinsi tersebut yaitu dengan menggunakan kombinasi video, permainan, dan diskusi mendalam. Pendekatan ini berhasil dan keenam mitra tersebut masih menjaga diskusi kelompok untuk saling mendukung hingga saat ini.
Sementara itu meskipun PPSW (Pusat Pengembangan Perempuan) adalah organisasi pemberdayaan perempuan, Ratu Viva menjelaskan bagaimana MADANI masih berhasil merevitalisasi pendekatan GESI PPSW. Panduan yang sangat berguna adalah bimbingan mengenai cara menggabungkan prinsip GESI ke dalam sistem dan prosedur organisasi terkait kesehatan reproduksi dan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Kegiatan program juga diuntungkan dari pendekatan GESI yang lebih komprehensif, melampaui fokus hanya pada pengembangan perempuan.
Nurlaela Fatimah Wahid, yang bekerja untuk ‘Aisyiyah, organisasi perempuan Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, menjelaskan bagaimana cabang ‘Aisyiyah di Sumedang terinspirasi untuk melatih perempuan desa tentang cara membaca anggaran desa dan bagaimana melakukan kampanye advokasi agar desa dapat mengalokasikan lebih banyak dana untuk isu perempuan seperti kesehatan ibu dan anak serta stunting. Nurlaela juga menjelaskan bagaimana, karena kolaborasi yang didukung MADANI selama Forum Pembelajaran multi-pihak, ‘Aisyiyah menjadi lebih inklusif. Jika di masa lalu fokus ‘Aisyiyah hanya pada perempuan Muslim, sekarang ‘Aisyiyah telah melebarkan perhatiannya termasuk mencakup non-Muslim dalam kegiatan programnya. ‘Aisyiyah juga aktif mencari dan melibatkan laki-laki dalam kegiatan Posyandu dan advokasi anggaran Desa Terpadu mereka. Seperti PPSW Lebak, meskipun merupakan organisasi perempuan, prosedur kantor yang peka gender baru diadopsi oleh ‘Aisyiyah pada tahun 2021. ‘Aisyiyah Sumedang, bersama dengan cabang utama Muhammadiyah di kabupaten tersebut, juga sedang mengembangkan pondok pesantren Islam untuk lansia dan berusaha untuk menyertakan elemen GESI dalam inisiatif tersebut, dimulai dari isu inklusi lansia.”