Selama dua setengah tahun dukungan MADANI kepada Nasyiatul Aisyiyah, mereka telah memperdalam kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, sehingga menjadi lebih berpengetahuan dan relevan dalam mengatasi tantangan pembangunan di wilayahnya. Salah satu prioritas pembangunan Kabupaten Garut adalah penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Untuk mencapai tujuan ini, mereka telah membentuk kader kesehatan di berbagai Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), mengorganisir bidan di tingkat desa, dan meningkatkan infrastruktur kesehatan. Namun, meskipun ada beberapa kemajuan, angka kematian ibu dan bayi baru lahir di kabupaten ini masih terlalu tinggi; pada tahun 2021, 112 ibu meninggal di Garut karena komplikasi kehamilan dan persalinan dan 216 bayi baru lahir meninggal.
Menanggapi hal tersebut, Nasyiatul Aisyiyah membentuk Simpul Belajar Multipihak FAASIH (Forum Advokasi Anak Sehat Ibu Hebat) pada bulan Juli 2020. Simpul Belajar, yang terdiri dari sembilan organisasi masyarakat sipil, bertujuan untuk menyatukan organisasi- organisasi yang memiliki visi yang sama dan memastikan bahwa suara kolektif mereka tersampaikan kepada pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, serta membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi baru lahir di kabupaten tersebut.
Pada tahun 2021, Nasyiatul Aisyiyah dan FAASIH melakukan penilaian terhadap angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Mereka menyelenggarakan diskusi kelompok terfokus dan menerapkan community score card (CSC) – alat pemantauan dan akuntabilitas sosial yang digerakkan oleh masyarakat – di sebuah pusat layanan kesehatan pedesaan. Setelah mengumpulkan umpan balik dari anggota masyarakat dan penyedia layanan, mereka menganalisis hasilnya, mengidentifikasi penyebab utama, dan membuat rekomendasi.
Temuan-temuan yang ada menunjukkan adanya berbagai faktor yang berkontribusi terhadap angka kematian: 1) keengganan masyarakat untuk menggunakan Puskesmas karena ketidakpercayaan terhadap kualitas layanan yang mereka tawarkan, waktu tempuh dan biaya yang harus dikeluarkan, serta banyaknya dukun beranak yang tersedia dan preferensi budaya terhadap dukun beranak; 2) ibu hamil tidak mendapatkan pendampingan yang memadai dari kader kesehatan setempat, suami, dan anggota keluarga lainnya selama masa kehamilan dan persalinan; 3) hanya 30 dari 72 Puskesmas di seluruh wilayah perdesaan di Garut yang memiliki fasilitas pelayanan gawat darurat untuk ibu hamil.
Setelah melakukan penilaian, Nasyiatul Aisyiyah dan FAASIH membentuk dua tim relawan lokal, yang disebut SAKINA RAPIH (Stop Angka Kematian Ibu dan Anak – Relawan Pendampnig Ibu Hamil), di desa-desa dengan tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir tertinggi. Tim-tim ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap kehamilan. Dukungan ini memberikan penekanan khusus pada kesehatan mental, karena banyak peserta yang masih muda atau baru pertama kali menjadi ibu. Nasyiatul Aisyiyah melatih tim tersebut dengan topik-topik yang berkaitan dengan durasi kehamilan, pola makan dan gizi, pentingnya kunjungan antenatal, dan pendampingan anggota keluarga selama persalinan.
Model SAKINA RAPIH telah berhasil di desa-desa dampingan dan diakui oleh Pemerintah Kabupaten Garut. Sejak awal, tim telah mengedukasi 200 ibu hamil, dimana semuanya telah melakukan enam kali kunjungan antenatal (persyaratan minimum Kementerian Kesehatan). Selain itu, salah satu desa itu telah mengalokasikan sebagian anggaran dana desanya untuk membantu para relawan melanjutkan kegiatan mereka di luar dukungan MADANI. Ditambahkan pula, pemerintah kabupaten telah menyediakan sumber daya untuk mereplikasi model ini di dua desa lainnya.
Di sisi kebijakan, Nasyiatul Aisyiyah dan FAASIH meluncurkan kampanye advokasi untuk meyakinkan pemerintah kabupaten untuk merevisi kebijakan yang ada saat ini terkait layanan kesehatan, terutama untuk ibu hamil. Rekomendasi kebijakan termasuk membentuk gugus tugas untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi, meningkatkan semua Puskesmas agar memiliki fasilitas layanan darurat dasar untuk ibu hamil, mereplikasi model SAKINA RAPIH, dan menyertakan perwakilan SAKINA RAPIH dalam gugus tugas tersebut.
Pada bulan Juni 2022, Nasyiatul Aisyiyah menandatangani perjanjian dengan cabang organisasi filantropi LAZISMu (Lembaga Amal dan Zakat Muhammadiyah). Kolaborasi antara dua asosiasi independen Muhammadiyah ini bertujuan untuk mendukung kesehatan ibu dan bayi baru lahir, serta kesehatan remaja melalui posyandu. Asep Muslim Nurdin, Direktur LAZISMu Garut, berkomentar: “Kami bangga dapat mendukung program kesehatan Nasyiatul Aisyiyah… hingga saat ini, kami telah mendistribusikan paket makanan bergizi kepada 75 ibu hamil dari keluarga prasejahtera.”
Kisah Nasyiatul Aisyiyah menunjukkan peran penting MADANI dalam pemberdayaan masyarakat, mobilisasi, dan kolaborasi. Melalui bantuan teknis, MADANI telah memperkuat kepercayaan diri Nasyiatul Aisyiyah dalam kerja advokasi dan keterampilan membangun hubungan, memberdayakan Nasyiatul Aisyiyah untuk bersinergi dengan lembaga pemerintah, organisasi filantropi, dan organisasi masyarakat sipil lainnya. Yang paling penting, peningkatan kapasitas dan keterlibatan Nasyiatul Aisyiyah telah membantu Kabupaten Garut untuk menjalankan agenda pembangunannya secara lebih efektif dan mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir.